Jumat, 10 Agustus 2012

"Pagi Bertasbih di Desa Joresan"


           



             Langit dini hari selalu memikatnya. Bahkan waktu sejak ia masih kanak-kanak. Bintang yang berkilauan di matanya tampak seumpama mata ribuan malaikat yang mengintip penduduk bumi. Bulan terasa begitu anggun menciptakan kedamaian di dalam hati. Ia tak bisa melewatkan pesona ayat-ayat cinta yang maha indah itu begitu saja.

             Pagi itu Aku dikejutkan oleh suara yang membangunkanku dari tidur. Aku diajak menikmati keindahan surgawi. Keindahan pesona langit, bintang-gemintang dan bulan yang sedemikian fitri. "Di atas sana ada jutaan malaikat yang sedang bertasbih." Jutaan malaikat itu mendo'akan penduduk bumi yang tidak lalai." "Penduduk bumi yang mau tahajjud saat jutaan manusia terlelap lalai."

            Aku lalu dibawa ke masjid dan diajak untuk akrab dengan dinginnya mata air desa Joresan. Setelah berwudhu dilanjutkan dengan sholat. Setelah sholat sebelas rakaat kita pun berdo'a agar diaamiini oleh jutaan malaikat.

            Dan tatkalah fajar merekah kemerahan di sebelah timur, kita pun bertasbih dan menikmati keindahan yang menggetarkan itu.

            Adzan shubuh pun berkumandang. Adzan shubuh selalu menggetarkan kalbu. Alam seperti bersahut-sahutan. Mengagungkan asma Allah. Fajar yang merekah selalu mengalirkan ke dalam hatiku. Rasa takjub yang luar biasa kepada Dzat yang menciptakannya. Setiap kali fajar itu merekah ku rasakan nuansanya tak pernah sama. Setiap kali merekah selalu ada sempurat yang baru. Ada keindahan baru. Keindahan yang berbeda dari fajar hari-hari yang telah lalu. Rasanya tak ada sastrawan yang mampu mendetilkan keindahan panorama itu dengan bahasa pena. Tak ada pelukis yang mampu melukiskan keindahan itu dalam kanvasnya. Tak ada!!! Keindahan itu bisa dirasakan, dinikmati dan dihayati dengan sempurna oleh saraf-saraf jiwa orang-orang yang tidak lalai akan keagungan Tuhannya.

            Langit dini hari selalu memikatku. Adzan shubuh selalu menggetarkan kalbuku. Dan fajar yang merekah selalu mengalirkan ke dalam hatiku. Rasanya takjub luar biasa kepada Dzat yang menciptakannya.

            Ku berdiri dari sujudku dan memandangi langit. Menikmati fajar dan menghayati tasbih alam desa Joresan. Dengan dibalut mukena putih, ku menikmati keindahan desa Joresan. Ku hirup dalam-dalam aromanya yang khas. Aroma yang berbeda dengan aroma yang pernah dan selalu ku rasakan di desa asalku. Sangat jauh berbeda aroma daun padi dari persawahan di timur desa Joesan yang menyapa rerumputan yang bergoyang-goyang seolah bersembahyang.

           Di kejauhan beberapa penduduk desa sudah ada yang bergerak. Ada rombongan ibu-ibu yang menganyun sepeda membawa dagangan di boncengan. Mereka menuju pasar menjajakan dagangan mereka.

           Tatapan mataku tertuju pada santriwati yang berbalut mukena putih. Mereka seumpama bidadari-bidadari yang turun ke bumi bersama para malaikat pagi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 10 Agustus 2012

"Pagi Bertasbih di Desa Joresan"


           



             Langit dini hari selalu memikatnya. Bahkan waktu sejak ia masih kanak-kanak. Bintang yang berkilauan di matanya tampak seumpama mata ribuan malaikat yang mengintip penduduk bumi. Bulan terasa begitu anggun menciptakan kedamaian di dalam hati. Ia tak bisa melewatkan pesona ayat-ayat cinta yang maha indah itu begitu saja.

             Pagi itu Aku dikejutkan oleh suara yang membangunkanku dari tidur. Aku diajak menikmati keindahan surgawi. Keindahan pesona langit, bintang-gemintang dan bulan yang sedemikian fitri. "Di atas sana ada jutaan malaikat yang sedang bertasbih." Jutaan malaikat itu mendo'akan penduduk bumi yang tidak lalai." "Penduduk bumi yang mau tahajjud saat jutaan manusia terlelap lalai."

            Aku lalu dibawa ke masjid dan diajak untuk akrab dengan dinginnya mata air desa Joresan. Setelah berwudhu dilanjutkan dengan sholat. Setelah sholat sebelas rakaat kita pun berdo'a agar diaamiini oleh jutaan malaikat.

            Dan tatkalah fajar merekah kemerahan di sebelah timur, kita pun bertasbih dan menikmati keindahan yang menggetarkan itu.

            Adzan shubuh pun berkumandang. Adzan shubuh selalu menggetarkan kalbu. Alam seperti bersahut-sahutan. Mengagungkan asma Allah. Fajar yang merekah selalu mengalirkan ke dalam hatiku. Rasa takjub yang luar biasa kepada Dzat yang menciptakannya. Setiap kali fajar itu merekah ku rasakan nuansanya tak pernah sama. Setiap kali merekah selalu ada sempurat yang baru. Ada keindahan baru. Keindahan yang berbeda dari fajar hari-hari yang telah lalu. Rasanya tak ada sastrawan yang mampu mendetilkan keindahan panorama itu dengan bahasa pena. Tak ada pelukis yang mampu melukiskan keindahan itu dalam kanvasnya. Tak ada!!! Keindahan itu bisa dirasakan, dinikmati dan dihayati dengan sempurna oleh saraf-saraf jiwa orang-orang yang tidak lalai akan keagungan Tuhannya.

            Langit dini hari selalu memikatku. Adzan shubuh selalu menggetarkan kalbuku. Dan fajar yang merekah selalu mengalirkan ke dalam hatiku. Rasanya takjub luar biasa kepada Dzat yang menciptakannya.

            Ku berdiri dari sujudku dan memandangi langit. Menikmati fajar dan menghayati tasbih alam desa Joresan. Dengan dibalut mukena putih, ku menikmati keindahan desa Joresan. Ku hirup dalam-dalam aromanya yang khas. Aroma yang berbeda dengan aroma yang pernah dan selalu ku rasakan di desa asalku. Sangat jauh berbeda aroma daun padi dari persawahan di timur desa Joesan yang menyapa rerumputan yang bergoyang-goyang seolah bersembahyang.

           Di kejauhan beberapa penduduk desa sudah ada yang bergerak. Ada rombongan ibu-ibu yang menganyun sepeda membawa dagangan di boncengan. Mereka menuju pasar menjajakan dagangan mereka.

           Tatapan mataku tertuju pada santriwati yang berbalut mukena putih. Mereka seumpama bidadari-bidadari yang turun ke bumi bersama para malaikat pagi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar