Wanita
itu sendirian di kamar
sepinya
yang penuh ketenangan.
Wanita
itu tidak bersembunyi.
Hanya
saja kesendirian membuatnya lebih nyaman.
Keramaian membuatnya resah dan ketakutan.
Wanita
itu lebih memilih tinggal lebih lama di
kamarnya.
Wanita
itu kembali menemukan cintanya yang lama menghilang.
Wanita itu terperangkap
dengan cinta segitiga yang rumit.
Kadang ingin menghilang sejauh mungkin.
Namun
kadang menyisakan pedih dan perih, yang menyesakkan dada. Wanita itu senang
mencintai, menikmati rasa yang suci itu.
Namun terkadang harus menelan
kepahitan yang sangat dalam lukanya.
Wanita itu selalu bersabar dan terus
bersabar, sampai kesabaran itu sendiri yang menghentikannya di sebuah
persimpangan.
Melangkah
entah kemana, apakah harus berbalik
mundur kebelakang, yang ditemukan hanyalah
sebuah kebuntuan.
Hingga tiba pada
satu titik dimana ada sebuah pilihan yang
amat sangat sulit, dan itulah yang
disebut pilihan.
Wanita
itu memilih jalan hidupnya sendiri.
Berjalan diatas kakinya.
Melangkah
atas apa yang akan diraihnya.
Apa
adanya dunia itu cukup baginya dan untuk dirinya sendiri.
Seperti
dunia tidak seluas yang orang pikirkan.
Wanita
itu berpikir bahwa dunia adalah kehidupan.
Dan dunia akan lebih indah jika dijalani dengan kehidupan yang sederhana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar